Jumat, 02 November 2007

Budeku Dengan Kambojanya

Sudah dua bulan ini Bude saya mempunyai kesibukan baru di dalam hidupnya. Sudah dua bulan ini dia rajin mengumpulkan bunga kamboja. Pada awalnya saya heran, dalam hati saya bertanya-tanya mengapa Bude susah-susah mengumpulkan bunga kamboja yang selama ini oleh sebagian banyak orang dianggap bunga yang tidak ada manfaatnya, kecuali bagi orang Bali atau orang yang beragama Hindu karena bunga kamboja digunakan dalam adat mereka. Bahkan Bude juga rela harus setiap hari ke kuburan untuk mencari bunga kamboja yang telah rontok. Akhirnya bertanyalah saya ke Bude untuk menjawab segala rasa penasaran ini. Ternyata saat ini lagi banyak orang yang mengumpulkan bunga kamboja dan dikeringkan kemudian mereka menjualnya ke seseorang dari suatu pabrik dan diolah lagi untuk bahan kosmetik dan macam-macam produk kecantikan.
Tapi kenapa saya tidak tertarik dengan manfaat dari bunga kamboja itu. Tapi saya lebih bisa melihat semangat yang ada di dalam Bude saya yang saat ini sudah berumur sekitar 55 tahun. Sudah setengah tahun ini dia tinggal satu rumah dengan saya di Jogja, sebelumnya dia berasal dari Surabaya. Pada awalnya mungkin dia tidak betah karena tidak ada pekerjaan yang dilakukannya. Tapi saat ini mungkin kesepiannya mulai terusir sejak dia mempunyai kesibukan mengumpulkan bunga kamboja. Setiap hari dia berangkat mencari bunga kamboja yang sudah jatuh. Dalam sehari bude punya jadwal tetap dalam mencari bunga kemboja, pagi hari jam 8 sampai dhuhur dan sore setelah shalat ashar sampai menjelang magrib. Terkadang sungguh kasihan melihat Bude melakukan hal ini karena setiap hari dia harus berjalan kaki mencari rontokan bunga kamboja. Yang paling menyedikan apabila hari itu tidak ada angin karena berarti tidak akan banyak bunga yang rontok, hidup Bude hanya tergantung dari bunga kamboja dan angin. Satu hal yang saya suka dari Bude, disaat dia pulang dengan membawa banyak bunga dia berujar “Alhamdulilah aku diberi rejeki sama Allah”, disaat dia pulang dengan membawa sedikit bunga dia berujar “Alhamdulilah aku diberi cukup sama Allah” dan disaat dia pulang dengan tidak membawa bunga sama sekali dia berujar “Alhamdulilah bungaku disimpankan oleh Allah untuk hari esok”. Ya Tuhaaaaan….. terkadang mataku berkaca-kaca jika melihat sikap Bude. Sungguh sabarnya dia…
Mungkin hasil yang dia peroleh tidaklah banyak, satu kilogram kamboja kering dihargai Rp 16.000,- sedangkan untuk mendapatkan satu kilogram bunga kamboja kering dia memerlukan waktu yang tidak sebentar, apalagi di musim penghujan saat ini. Tapi Bude tidak pernah lepas berdoa, shalat dan berusaha. Terkadang dia juga mendapatkan rejeki yang tidak terduga, terkadang ada orang yang pesan bunga segar buat suatu acara. Terkadang disaat Bude sedang menunggu bunga yang rontok, ada saja orang yang membantu mengumpulkan bunganya.
Dari kehidupan bude sehari-hari saya bisa belajar beberapa hal dalam memaknai hidup ini. Pertama, jangan sia-siakan hidup ini, isilah hidupmu dengan hal-hal yang bermakna, jangan biarkan hidup ini berlalu tanpa kegiatan sama sekali. Kedua, dalam melakukan semua kegiatan, lakukan dengan ikhlas dan senang hati karena dengan ikhlas maka pekerjaan yang membosankanpun akan terasa menyenangkan. Ketiga, selalu bersyukur atas segala pemberian Tuhan, bahkan sedikit apapun pemberian Tuhan, kita WAJIB untuk tetap bersyukur. Keempat, Tuhan itu adil, Tuhan memberikan rejekinya melalui banyak cara bahkan dari hidup Bude saya, Tuhan memberikan rejeki melalui bunga kamboja yang tidak ada artinya tapi buat Bude merupakan suatu rejeki yang sangat berarti. Jadi jangan terlalu khawatir akan rejeki kita karena Tuhan telah memberikan jalan sendiri buat masing-masing kita, yang terpenting selalu berusaha dan berdoa.
Termakasih Bude, secara tidak langsung telah memberikan pelajaran dalam hidup